PENGARUH
KONFLIK ANTARA PEKERJAAN DAN KELUARGA,
STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PEREMPUAN DI RUMAH SAKIT X
ABSTRAK
Dr,Dra
Endang Ruswanti ,MM/Pembimbing
Ostevi
Adolfin Jacobus SE,MM/Penulis
Rumah Sakit
X di Yogyakarta dikenal sebagai pusat layanan kesehatan yang terbaik di kota jogja dan dikenal memiliki standar
kesehatan yang tinggi, yang tercermin pada kualitas para tenaga medisnya. Untuk
itu banyak sekali masyarakat yang datang ke Rumah Sakit X karena mereka
mengetahui bahwa tenaga medisnya memiliki kualitas yang baik dan dapat
dipercaya. Pekerjaa perawat tidaklah mudah karena mereka berinteraksi langsung
dengan pasien, sehingga sering memicu terjadinya konflik dan stress kerja, perawat yang tidak
dapat menyeimbangkan waktunya baik pekerjaan dan keluarga maka sering timbul
konflik yang biasa disebut konflik antara pekerjaan dan keluarga, dengan adanya
konflik antara pekerjaan dan keluarga sering memicu terjadinya stress di tempat
kerja, hal ini jika tidak ditangani akan berdampak pada penurunan kinerja
perwata tersebut.
Penelitian ini mengenakan pendekatan kuantitatif,
dimana sampel yang diambil adalah 150 perawat perempuan Rumah Sakit X
Yogyakarta yang memiliki masa kerja 5-20 tahun, data yang terkumpul diolah
dengan menggunakan analisis SEM (Structural
Equetion Modeling).
Hasil penelitian dimana Konflik antara pekerjaan dan
keluarga memiliki pengaruh terhadap kinerja kerja perawat perempuan di Rumah
Sakit X Yogyakarta. Hal ini mengingat nilai probability yang menunjukan
nilai 0.000 (≤0.05) dan C.R=4.149 (≥1.96). Stress kerja memiliki pengaruh
terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta karena
mengingat nilai probability yang menunjukan nilai 0.001(≤0.05) dan C.R 3.824
(≥1.96). Konflik anatra pekerjaan dan keluarga dan stress kerja secara bersama
berpengaruh terhadap kinerja kerja perawat. Hal ini mengingat nilai probability
yang menunjukan nilai ≤0.005 dan C.R ≥1.96. Konflik antara pekerjaan dan
keluarga lebih berpengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta, hal ini ditunjukan dengan nilai probability 0.000
(≤0.005), C.R 4.149 (≥1.96). Sehingga dapat disimpulkan konflik antara
pekerjaan dan keluarga, stress kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat
perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta.
A. LATAR
BELAKANG
Di era
industrialisasi sekarang ini, rumah sakit merupakan salah satu bentuk
organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan dimana salah satu upaya
yang dilakukan adalah mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar, seperti
puskesmas. Untuk itu, sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
dasar, maka pelayanan Rumah Sakit perlu menjaga kualitas pelayanannya terhadap
masyarakat yang membutuhkan. Perawat merupakan tenaga profesional yang perannya
tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Peran ini
disebabkan karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan pasien
(Murtianingrum 2009). Di Singapura riset pada pengusaha wanita merupakan
eksplorasi, (explaratori stage) penelitian telah difokuskan pada sebuah
pemahaman pada perempuan ini (Lee dan
Tan, 1993). Beberapa menghadirkan profil pengusaha wanita singapura (Tan,
1996), yang lain mefokuskan pada kebutuhan-kebutuhan perempuan ini dan
perubahan pola dalam bisnis mereka (Lee, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk
menguji work-family conflict pada
pengusaha wanita di Singapura.
Dilaporkan bahwa
pengusaha wanita Singapura harus mengerjakan beberapa tugas rumah tangga,
menanggung tanggung jawab mayoritas untuk pekerjaan rumah tangga dan merawat
anak (Longsteth et al, 1987; Lee dan
grise, 1990, Loscoco dan Leich
1993) tanggung jawab rumah tangga membuat proses mengatur jalanya bisnis lebih
sulit untuk pengusaha-pengusaha wanita (Gaffee dan Sease 1983; Colleratte dan
Aubry 1990, Siu and Chu,1994) Mereka harus memikul tanggung jawab utama
untuk pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Tanggung jawab untuk bekerja
menimbulkan konflik keluarga, yang menjadi kendala dalam kinerja mereka.
Namun menjalani
dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah
tangga, tidaklah mudah. Perawat wanita
yang telah menikah dan punya anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih
berat daripada wanita single. Peran ganda pun dialami oleh wanita tersebut
karena selain berperan di dalam keluarga, wanita tersebut juga berperan di
dalam karirnya. Konflik antara pekerjaan dan keluarga menjelaskan terjadinya
benturan antara tanggung jawab pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah tangga. Hasil
penelitian (Park.Lai-I Tsuei,2000) Pekerja perempuan yang terbukti mempunyai
konflik antara pekerjaan dan keluarga
akan mengalami stress yang kemudian menyebabkan adanya penurunan kinerja, dan
hal ini tentu saja merugikan pihak perusahaan sehingga terbukti bahwa konflik
antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh negatif terhadap penurunan kinerja.
Karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan
keluarga dan bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflik keluarga dan
konflik pekerjaan, atau sering disebut sebagai konflik pekerjaan dan keluarga.
Dengan adanya konflik antara pekerjaan
dan keluarga maka akan menimbulkan sters kerja bagi perawat tersebut, dimana
ada perasaan tertekan yang dialami perawat dalam menghadapi pekerjaanya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Sepanjang
masyarakat terus menempatkan peran pokok wanita adalah ibu rumah tangga, wanita
pekerja akan menghadapi peran ganda. Sebagai wanita pekerja yang berumah tangga
harus bearani berperan ganda di keluarga dan pekerjaanya . Hal ini memberi
kontribusi pada konflik antara pekerjaan dan keluarga yang menjadi penghambat
untuk pekerjaan mereka. Konflik antara pekerjaan dan keluarga dibagi menjadi
tiga bagian yaitu, konflik pasangan
pekerjaan (job spouse conflik), konflik
pekerjaan orang tua (job paren conflict),
konflik pekerjaan ibu rumah tangga (job
homewaker conflict), ( Jean Lee Siew Kim dan Chow Seow Ling, 2001). Penelitian
terdahulu tentang konflik antara
pekerjaan dan keluarga terhadap stress dilakukan oleh Judge et al (1994), Profesi perawat diambil sebagai sampel karena
tugas perawat mempunyai aspek-aspek tugas yang potensial menimbulkan stress
misalnya mengharuskan kontak paling lama dengan pasien dan keluarga pasien.
akibat stress yang berkepanjangan dan terus-menerus menimbulkan adanya gejala
fisiologis, psikologis, perilaku.
Adapun rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
a.
Apakah konflik antara
pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit
X Yogyakarta.
b.
Apakah stres kerja
berpengaruh terhadap kinerja perawat di
Rumah Sakit X Yogyakarta.
c.
Apakah konflik antara
pekerjaan dan keluarga, stress kerja secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit
X Yogyakarta.
d.
Variabel manakah yang
lebih dominan berpengaruh terhadap kinerja.
C.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Untuk menganalisis
pengaruh antara konflik pekerjaan dan keluarga terhadap kinerja perawat
di Rumah Sakit X Yogyakarta.
2. Untuk
menganalisis pengaruh stress kerja
terhadap kinerja perawat perempuan
di Rumah Sakit X
Yogyakarta.
3. Untuk
menganalisis pengaruh konflik antara pekerjaan dan keluarga, stress
kerja terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
4. Untuk
menganalisis faktor mana yang lebih dominana berpengaruh terhadap kinerja
perawat di Rumah Sakit X Yogyakarta.
D. HIPOTESIS
1.
Pengaruh antara konflik antara pekerjaan dan keluarga
terhadap kinerja
Konflik kerja dapat mempengaruhi kinerja
karyawan dalam suatu perusahaan. Konflik adalah persaingan yang kurang sehat
berdasarkan ambisi dan sikap emosional dalam memperoleh kemenangan yang dapat
menimbulkan ketegangan, konfrontasi, pertengkaran, stress dan frustasi apabila
masalah mereka tidak dapat diselesaikan. Schieman et al (2003) dari hasil
penelitianya mendapatkan bahwa rumah dan
pekerjaan yang masih tumpang tindih dapat menurunkan kinerja. Misalnya
kesulitan dirumah dapat menyebabkan pekerja menghabiskan waktu pekerjaan,
kurang konsentrasi, terburu-buru mengerjakan tugas, dan menjadwal kembali
pekerjaan untuk pekerjaan yang lain (barrnet 1994). Oleh karena itu dengan
semakin banyaknya tekanan dan tuntutan dalam kehidupan pekerjaan dan keluarga
maka kinerja seseorang di lingkungan pekerjaan semakin rendah. Hal ini terjadi
karena tekanan dan tuntutan yang berasal dari peran ganda seseorang, contohnya
bagi perawat wanita yang sudah memiliki keluarga, hal ini dapat menyebabkan
tidak maksimalnya sesorang dalam menyelesaikan pekerjaanya.
H1: Konflik antara pekerjaan dan
keluarga, berpengaruh terhadap kinerja
kerja perawat perempuan di Rumah
Sakit X Yogyakarta
2.
Stress pengaruhnya
terhadap Kinerja Perawat wanita Rumah sakit
Robbins
(2003) menyatakan tingkat stress yang mampu dikendalikan mampu membuat karyawan
melakukan pekerjaanya dengan lebih baik, karena membuat mereka mampu
meningkatkan intensitas kerja, kewaspadaan, dan kemampuan berkreasi, tetapi
tingkat stress yang berlebihan membuat kinerja mereka akan mengalami penurunan.
Williams, et al, (2001) berpendapat bahwa stress yang tinggi baik fisik maupun
perilaku adalah hasil jangka pendek dari job stress yang dapat berpengaruh pada
kinerja karyawan yang rendah. Stress pada karyawan bukanlah suatu hal yang
selalu berakibat buruk pada karyawan & kinerjanya, melainkan stress juga
dapat memberikan motivasi bagi karyawan untuk memupuk rasa semangat dalam
menjalankan setiap pekerjaannya untuk mencapai suatu prestasi kerja yang baik
buat karier karyawan dan untuk kemajuan dan keberhasilan perusahaan.
H2:Stress
kerja, berpengaruh terhadap kinerja kerja perawat perempuan di Rumah Sakit
X Yogyakarta.
3.
Pengaruh antara konflik
pekerjaan dan keluarga, stress terhadap kinerja
Pada penelitian sebelumnya yang dilkukan
oleh jean Lee Siew Kim (work Family
conflict of women entrepreneur in Singapore), 2001 dalam penelitianya bahwa
Selama masyarakat terus
menekankan peran dasar wanita seperti ibu, perempuan yang bekerja akan menghadapi perjuangan peran. Sebagai perempuan yang memiliki karir dan sudah menikah, banyak
perempuan karir harus menganggap peran ganda dalam keluarga sebagai suatu
aktivitas yang harus mereka jalani setiap hari .
Mereka harus memikul tanggung jawab
utama untuk pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Tanggung jawab untuk
bekerja menimbulkan konflik keluarga, yang menjadi kendala dalam kinerja mereka. Namun menjalani dua peran sekaligus,
sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga, tidaklah mudah.
Perawat wanita yang telah menikah dan
punya anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita
single. Peran ganda pun dialami oleh wanita tersebut karena selain berperan di
dalam keluarga, wanita tersebut juga berperan di dalam karirnya. Konflik
pekerjaan dan keluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab
pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah tangga.
Karyawan yang tidak dapat membagi atau
menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja dapat menimbulkan
konflik yaitu konflik keluarga dan konflik pekerjaan, atau sering disebut
sebagai konflik antara pekerjaan dan
keluarga.
Dengan adanya konflik pekerjaan-keluarga
maka akan menimbulkan sters kerja bagi perawat tersebut, dimana ada perasaan
tertekan yang dialami perawat dalam menghadapi pekerjaanya. Penyebab dari sters
kerja biasanya juga berasal dari konflik di dalam keluraganya, dan hal ini bisa berdampak pada kinerja perwat tersebut.
H3:Konflik antara
pekerjaan dan Keluarga, stress
berpengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta. Dari Latar belakang di atas maka
peneliti menyimpulkan Hipotesis penelitian :
1.
Konflik antara
pekerjaan dan keluarga (X1), berpengaruh terhadap kinerja (Y)
perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta
2.
Stress (X2), berpengaruh terhadap kinerja (Y)
perawat peremppuan di Rumah Sakit X
Yogyakarta
3.
Konflik antara pekerjaan dan keluarga (X1) dan stress (X2), secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja (Y)
perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta
4.
Konflik antara
pekerjaan dan keluarga (X1) lebih
dominan berpengaruh terhadap kinerja (X2)
E.
Metodelogi Penelitian
1.
Subyek
dan Obyek Penelitian
2.
Definisi
Konseptual Dan Definisi Operasional
3.
Defenisi
Operasional
4.
Indikator pengukuran
Konflik pekerjaan-keluarga: Time-based
conflict, Strain-based
conflict, Behavior-based conflict
Stress : Faktor
Lingkungan, Kondisi Organisasi, Faktor Individu, Kelompok
Kerja.
Kinerja
karyawan : Tingkat absensi, Terlambat masuk
kerja, Prestasi dan produktivitas menurun, Kualitas kerja, Kuantitas kerja, Ketepatan
waktu, Sikap, Efektifitas (Barling (1990)
dan Aziza (2009).
5.
Populasi,
Sampel Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
1. Populasi:
642 orang
2. Sampel:
Untuk
keperluan analisis data dengan menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation
Modeling), Ferdinand (2002) menyarankan pedoman ukuran sampel sebesar 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi. Dalam penelitian ini terdapat 30
parameter yang diestimasi, sehingga diperlukan sample sebesar 100-200 orang.
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebasar 150 orang perawat
wanita .Dimana berdasarkan usia yaitu 27-50
tahun, kemudian pendidikan terakhir D3-S1, dan terakir lama masa kerja 5-20
tahun, dikarenakan peneliti mendapatkan masukan dari pihak Rumah Sakit untuk
meneliti perawat yang masa kerjanya sudah 5-20 tahun untuk mendukung penelitian
ini.
3.
Metode Pengumpulan Data:
a.
Jenis data :
Kuantitatif
b.
Sumber Data : data
primer (quisionare).
c.
skala pengukuran data:
Likert
d.
Pengujian Instrumen Penelitian : Uji validitas dan Uji Realibilitas
4.
Alat analisis
Stuctur
Equetion Modeling (SEM) (Ferdinand 2002)
F.
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
a.
ANALISIS SEM
GAMBAR 1.2
Hasil Uji
Structural Equation Model
Berdasarkan
hasil pengamatan pada gambar pada grafik analisis full model dapat ditunjukkan
bahwa model memenuhi kriteria fit, hal ini ditandai dengan nilai dari hasil
perhitungan memenuhi kriteria layak full model. Hasil perhitungan uji chi –
square pada full model memperoleh nilai chi square sebesar 437.677.
Nilai
probabilitas sebesar 0,078 yang mana nilai tersebut di atas 0,05. Nilai CMIN/DF
sebesar 1,102 sehingga masih dibawah
2,00. Nilai GFI sebesar 0,828 yaitu
lebih kecil dari 0,90, nilai AGFI sebesar 0,798 yaitu lebih kecil dari 0,90
(marjinal). Nilai TLI sebesar 0,99.9 yang mana masih di atas 0,95. Nilai CFI
sebesar 0,972 yang mana nilainya masih di atas 0,95 dan nilai RMSEA sebesar
0,028 yang mana nilai tersebut masih di bawah 0,08. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa model keseluruhan memenuhi kriteria model fit. Disamping kriteria diatas
observed (indikator) dari konstruk adalah valid karena mempunyai nilai di atas
0,5 sehingga tidak satupun observed (indikator) yang didrop (dibuang).
Tabel
1.6
Hasil
Regression Weights Analisis Struktural Equation Modeling
Variable
|
Estimate
|
S.E
|
C.R
|
Probability
|
Ket
|
|
Konflik peran kinerja
Stress kinerja
|
0.886
0.709
|
0.106
0.118
|
4.141
3.824
|
0.000
0.001
|
Berpengaruh
Berpengaruh
|
|
Sumber data diolah 2012
Berdasarkan pada
Gambar 1.2 dan Tabel 1.6 bahwa setiap indikator pembentuk variabel
laten menunjukkan hasil yang memenuhi kriteria yaitu nilai CR diatas 1,96
dengan P lebih kecil dari pada 0,05 sehingga dapat disimpulkan konflik antara
pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kinerja, stress berpengaruh
terhadap kinerja perawat. nilai lambda
atau loading faktor yang lebih besar dari 0,4. Hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa indikator indikator pembentuk variabel laten tersebut
secara signifikan merupakan indikator dari faktor-faktor laten yang dibentuk.
Dengan demikian, model yang dipakai dalam penelitian ini dapat diterima.
EVALUASI
GOODNESS OF FIT
Yaitu untuk
menentukan apakah sebuah model diterima atau ditolak secara statistik. Pada
analisis SEM, tidak terdapat alat uji statistik tunggal untuk menguji mengenai
model. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dilakukan dengan kriteria goodness of fit yang terdiri dari Chi
Square, probability, RMSEA, CMIN/DF, AGFI, GFI, PGFI. Adapun hasil dari goodness of fit model berdasarkan output
model fit. Hasil Model Fit ditunjukkan dalam tabel 1.5 dan Hasil goodness
of fit di atas menunjukkan bahwa sebagian besar fit measure menunjukkan hasil yang baik sehingga dapat disimpulkan
bahwa model baik.
NORMALITAS
DATA
Berdasarkan data
yang ada, dapat di lihat bahwa data tersebut tidak ada nilai CR yang berada diluar ≤+ 2,58. jadi dapat disimpulkan
secara univariate sudah baik, dengan demikian data tersebut
terbukti terdistribusi secara normal.
Studi Hair, et.al., (1995) menyatakan bahwa data yang normal secara multivariate pasti normal
pula secara univariate. Namun sebaliknya, jika secara keseluruhan data normal secara univariate,
tidak menjamin akan normal pula
secara multivariate. Untuk itu
dilakukan Evaluasi atas
Multikolinearitas dan Singularitas dimana: Determinant of sample covariance matrix = 3.5038e + 0.01, Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai determinan matriks kovarians sampel adalah jauh dari nol. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa data penelitian yang
digunakan tidak terdapat multikolineritas dan singularitas, sehingga data layak untuk digunakan.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
KESIMPULAN
a. Konflik
antara pekerjaan dan keluarga memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja kerja perawat perempuan di
Rumah Sakit X Yogyakarta. Hal ini mengingat nilai probability yang
menunjukkan nilai 0.000 (atau lebih kecil dari 0.05) dan C.R = 4.149 (lebih
besar dari 1.96).
b. Stress
kerja memiliki pengaruh negatif terhadap
kinerja kerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta. Hal ini
mengingat nilai probability yang menunjukkan nilai 0.001 (atau lebih kecil dari
0.05) dan C.R = 3.824 (lebih besar dari 1.96).
c. Konflik
antara pekerjaan dan keluarga, Stres berpengaruh negatif terhadap kinerja kerja perawat. Hal ini
mengingat nilai probability yang menunjukkan nilai ≤0.05 C.R = ≥ 1.96.
d. Konflik
antara pekerjaan dan keluarga lebih berpengaruh terhadap kinerja kerja perawat
perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta, Hal ini ditunjukan dengan nilai
probability yang menunjukkan nilai 0.000 atau
≤0.05 dan C.R = 4.149 atau ≥
1.96.
2. IMPLIKASI MANAJERIAL
Berdasarkan
penelitian ini dapat diketahui konflik antara pekerjaan dan keluarga mempunyai
pengaruh negatif terhadap kinerja
perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta, karena konflik antara
pekerjaan dan keluarga mempunyai pengaruh sebesar 4.149 terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta. Pada dasarnya konflik antara pekerjaan dan keluarga dibagi
menjadi tiga yaitu, konflik pasangan pekerjaan, konflik pekerjaan orang tua,
konflik pekerjaan ibu rumah tangga. Semakin tinggi konflk antara pekerjaan dan
keluarga maka akan mengurangi kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X
Yogyakarta.
Dengan
adanya konflik antara pekerjaan dan keluarga tidak menutup kemungkinan akan
terjadinya stress kerja terhadap perawat tersebut. stress memiliki pengaruh
negatif terhadap kinerja perawat
perempuan di Rumah sakit X Yogyakarta hal ini bisa dilihat besarnya nilai yaitu sebesar 3.824. penyebab dari stress
kerja biasanya juga berasal dari konflik antara pekerjaan dan keluarga, perawat
yang tidak dapat menyeimbangkan waktunya antara pekerjaan dan keluarga dapat
mengakibatkan konflik yaitu konflik
antara pekerjaan dan keluarga sehingga menyebabkan perawat tersebut mengalami
kelelahan atau overload sehingga
memicu terjadi stress kerja..
3.
PENULIS
Dr,
Dra Endang Ruswanti, MM
Pembimbing
Ostevi
Adolfin Jacobus, SE, MM
Alumni
Magister Manajemen
Universitas
Teknologi Yogyakarta
2012
mantap.....
BalasHapusbwt cwe2 hru pda bca niii
mantap kuko..
BalasHapusmakasih kuko.... :)
Hapus