Minggu, 18 Maret 2012

Referensi Jurnal "SDM"



PENGARUH KONFLIK ANTARA  PEKERJAAN DAN KELUARGA, STRES KERJA TERHADAP KINERJA PERAWAT PEREMPUAN DI RUMAH SAKIT     X
ABSTRAK
Dr,Dra Endang Ruswanti ,MM/Pembimbing
Ostevi Adolfin Jacobus SE,MM/Penulis
 
Rumah Sakit X di Yogyakarta dikenal sebagai pusat layanan kesehatan yang terbaik  di kota jogja dan dikenal memiliki standar kesehatan yang tinggi, yang tercermin pada kualitas para tenaga medisnya. Untuk itu banyak sekali masyarakat yang datang ke Rumah Sakit X  karena mereka mengetahui bahwa tenaga medisnya memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya. Pekerjaa perawat tidaklah mudah karena mereka berinteraksi langsung dengan pasien, sehingga sering memicu terjadinya  konflik dan stress kerja, perawat yang tidak dapat menyeimbangkan waktunya baik pekerjaan dan keluarga maka sering timbul konflik yang biasa disebut konflik antara pekerjaan dan keluarga, dengan adanya konflik antara pekerjaan dan keluarga sering memicu terjadinya stress di tempat kerja, hal ini jika tidak ditangani akan berdampak pada penurunan kinerja perwata tersebut.
Penelitian ini mengenakan pendekatan kuantitatif, dimana sampel yang diambil adalah 150 perawat perempuan Rumah Sakit X Yogyakarta yang memiliki masa kerja 5-20 tahun, data yang terkumpul diolah dengan menggunakan analisis SEM (Structural Equetion Modeling).
Hasil penelitian dimana Konflik antara pekerjaan dan keluarga memiliki pengaruh terhadap kinerja kerja perawat perempuan di Rumah Sakit X  Yogyakarta. Hal ini mengingat nilai probability yang menunjukan nilai 0.000 (≤0.05) dan C.R=4.149 (≥1.96). Stress kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta karena mengingat nilai probability yang menunjukan nilai 0.001(≤0.05) dan C.R 3.824 (≥1.96). Konflik anatra pekerjaan dan keluarga dan stress kerja secara bersama berpengaruh terhadap kinerja kerja perawat. Hal ini mengingat nilai probability yang menunjukan nilai ≤0.005 dan C.R ≥1.96. Konflik antara pekerjaan dan keluarga lebih berpengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta, hal ini ditunjukan dengan nilai probability 0.000 (≤0.005), C.R 4.149 (≥1.96). Sehingga dapat disimpulkan konflik antara pekerjaan dan keluarga, stress kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta.
A.    LATAR BELAKANG
Di era industrialisasi sekarang ini, rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan dimana salah satu upaya yang dilakukan adalah mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar, seperti puskesmas. Untuk itu, sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat dasar, maka pelayanan Rumah Sakit perlu menjaga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat yang membutuhkan. Perawat merupakan tenaga profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Peran ini disebabkan karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan pasien (Murtianingrum 2009). Di Singapura riset pada pengusaha wanita merupakan eksplorasi, (explaratori stage) penelitian telah difokuskan pada sebuah pemahaman pada perempuan  ini (Lee dan Tan, 1993). Beberapa menghadirkan profil pengusaha wanita singapura (Tan, 1996), yang lain mefokuskan pada kebutuhan-kebutuhan perempuan ini dan perubahan pola dalam bisnis mereka (Lee, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk menguji work-family conflict pada pengusaha wanita di Singapura.
Dilaporkan bahwa pengusaha wanita Singapura harus mengerjakan beberapa tugas rumah tangga, menanggung tanggung jawab mayoritas untuk pekerjaan rumah tangga dan merawat anak (Longsteth et al, 1987; Lee dan  grise, 1990, Loscoco dan  Leich 1993) tanggung jawab  rumah tangga  membuat proses mengatur jalanya bisnis lebih sulit untuk pengusaha-pengusaha wanita (Gaffee dan  Sease 1983; Colleratte  dan  Aubry 1990, Siu and Chu,1994) Mereka harus memikul tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Tanggung jawab untuk bekerja menimbulkan konflik keluarga, yang menjadi kendala dalam kinerja  mereka.
Namun menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga, tidaklah mudah. Perawat  wanita yang telah menikah dan punya anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita single. Peran ganda pun dialami oleh wanita tersebut karena selain berperan di dalam keluarga, wanita tersebut juga berperan di dalam karirnya. Konflik antara pekerjaan dan keluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah tangga. Hasil penelitian (Park.Lai-I Tsuei,2000) Pekerja perempuan yang terbukti mempunyai konflik antara  pekerjaan dan keluarga akan mengalami stress yang kemudian menyebabkan adanya penurunan kinerja, dan hal ini tentu saja merugikan pihak perusahaan sehingga terbukti bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh negatif  terhadap penurunan kinerja. Karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflik keluarga dan konflik pekerjaan, atau sering disebut sebagai konflik pekerjaan dan keluarga. Dengan adanya konflik antara  pekerjaan dan keluarga maka akan menimbulkan sters kerja bagi perawat tersebut, dimana ada perasaan tertekan yang dialami perawat dalam menghadapi pekerjaanya.
B.     RUMUSAN MASALAH
Sepanjang masyarakat terus menempatkan peran pokok wanita adalah ibu rumah tangga, wanita pekerja akan menghadapi peran ganda. Sebagai wanita pekerja yang berumah tangga harus bearani berperan ganda di keluarga dan pekerjaanya . Hal ini memberi kontribusi pada konflik antara pekerjaan dan keluarga yang menjadi penghambat untuk pekerjaan mereka. Konflik antara pekerjaan dan keluarga dibagi menjadi tiga bagian yaitu,  konflik pasangan pekerjaan (job spouse conflik), konflik pekerjaan orang tua (job paren conflict), konflik pekerjaan ibu rumah tangga (job homewaker conflict),  ( Jean  Lee Siew Kim dan Chow Seow Ling, 2001). Penelitian terdahulu tentang  konflik antara pekerjaan dan keluarga terhadap stress dilakukan oleh Judge et al (1994),  Profesi perawat diambil sebagai sampel karena tugas perawat mempunyai aspek-aspek tugas yang potensial menimbulkan stress misalnya mengharuskan kontak paling lama dengan pasien dan keluarga pasien. akibat stress yang berkepanjangan dan terus-menerus menimbulkan adanya gejala fisiologis, psikologis, perilaku.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a.         Apakah konflik antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh  terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit X Yogyakarta.
b.         Apakah stres kerja berpengaruh  terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit  X  Yogyakarta.
c.   Apakah konflik antara pekerjaan dan keluarga, stress kerja secara bersama-sama dapat berpengaruh  terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit X Yogyakarta.
d.        Variabel manakah yang lebih dominan berpengaruh terhadap kinerja.
C.    TUJUAN PENELITIAN
1.   Untuk menganalisis pengaruh antara konflik pekerjaan dan keluarga terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit X Yogyakarta.
2.      Untuk menganalisis pengaruh  stress kerja  terhadap kinerja perawat perempuan  di Rumah Sakit  X  Yogyakarta.
3.      Untuk menganalisis pengaruh  konflik antara pekerjaan dan keluarga, stress kerja terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
4.      Untuk menganalisis faktor mana yang lebih dominana berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit X Yogyakarta.
D.    HIPOTESIS
1.      Pengaruh  antara konflik antara pekerjaan dan keluarga terhadap kinerja
Konflik kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam suatu perusahaan. Konflik adalah persaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi dan sikap emosional dalam memperoleh kemenangan yang dapat menimbulkan ketegangan, konfrontasi, pertengkaran, stress dan frustasi apabila masalah mereka tidak dapat diselesaikan. Schieman et al (2003) dari hasil penelitianya mendapatkan bahwa rumah dan  pekerjaan yang masih tumpang tindih dapat menurunkan kinerja. Misalnya kesulitan dirumah dapat menyebabkan pekerja menghabiskan waktu pekerjaan, kurang konsentrasi, terburu-buru mengerjakan tugas, dan menjadwal kembali pekerjaan untuk pekerjaan yang lain (barrnet 1994). Oleh karena itu dengan semakin banyaknya tekanan dan tuntutan dalam kehidupan pekerjaan dan keluarga maka kinerja seseorang di lingkungan pekerjaan semakin rendah. Hal ini terjadi karena tekanan dan tuntutan yang berasal dari peran ganda seseorang, contohnya bagi perawat wanita yang sudah memiliki keluarga, hal ini dapat menyebabkan tidak maksimalnya sesorang dalam menyelesaikan pekerjaanya.
H1: Konflik antara pekerjaan dan keluarga, berpengaruh terhadap  kinerja kerja  perawat perempuan di Rumah Sakit  X Yogyakarta
2.      Stress pengaruhnya terhadap Kinerja Perawat wanita Rumah sakit
Robbins (2003) menyatakan tingkat stress yang mampu dikendalikan mampu membuat karyawan melakukan pekerjaanya dengan lebih baik, karena membuat mereka mampu meningkatkan intensitas kerja, kewaspadaan, dan kemampuan berkreasi, tetapi tingkat stress yang berlebihan membuat kinerja mereka akan mengalami penurunan. Williams, et al, (2001) berpendapat bahwa stress yang tinggi baik fisik maupun perilaku adalah hasil jangka pendek dari job stress yang dapat berpengaruh pada kinerja karyawan yang rendah. Stress pada karyawan bukanlah suatu hal yang selalu berakibat buruk pada karyawan & kinerjanya, melainkan stress juga dapat memberikan motivasi bagi karyawan untuk memupuk rasa semangat dalam menjalankan setiap pekerjaannya untuk mencapai suatu prestasi kerja yang baik buat karier karyawan dan untuk kemajuan dan keberhasilan perusahaan.
H2:Stress kerja, berpengaruh terhadap kinerja kerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta.
3.      Pengaruh antara konflik pekerjaan dan keluarga, stress terhadap kinerja
Pada penelitian sebelumnya yang dilkukan oleh jean Lee Siew Kim (work Family conflict of women entrepreneur in Singapore), 2001 dalam penelitianya bahwa Selama masyarakat terus menekankan peran dasar wanita seperti  ibu, perempuan yang bekerja akan menghadapi perjuangan peran. Sebagai perempuan yang memiliki karir dan sudah menikah, banyak perempuan karir  harus menganggap peran ganda dalam keluarga sebagai suatu aktivitas yang harus mereka jalani setiap hari .
Mereka harus memikul tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Tanggung jawab untuk bekerja menimbulkan konflik keluarga, yang menjadi kendala dalam kinerja  mereka. Namun menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga, tidaklah mudah. Perawat  wanita yang telah menikah dan punya anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita single. Peran ganda pun dialami oleh wanita tersebut karena selain berperan di dalam keluarga, wanita tersebut juga berperan di dalam karirnya. Konflik pekerjaan dan keluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah tangga.
Karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflik keluarga dan konflik pekerjaan, atau sering disebut sebagai konflik antara  pekerjaan dan keluarga.
Dengan adanya konflik pekerjaan-keluarga maka akan menimbulkan sters kerja bagi perawat tersebut, dimana ada perasaan tertekan yang dialami perawat dalam menghadapi pekerjaanya. Penyebab dari sters kerja biasanya juga berasal dari konflik di dalam keluraganya, dan hal ini bisa berdampak pada kinerja perwat tersebut.
H3:Konflik antara pekerjaan dan Keluarga, stress  berpengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta. Dari Latar belakang di atas maka peneliti menyimpulkan Hipotesis penelitian :
1.        Konflik antara pekerjaan dan keluarga (X1), berpengaruh terhadap  kinerja (Y)  perawat  perempuan di Rumah Sakit  X  Yogyakarta
2.        Stress  (X2), berpengaruh terhadap  kinerja (Y)  perawat peremppuan di Rumah Sakit  X  Yogyakarta
3.        Konflik antara  pekerjaan dan keluarga (X1) dan stress  (X2), secara bersama-sama  berpengaruh terhadap  kinerja (Y)  perawat perempuan di Rumah Sakit  X Yogyakarta
4.        Konflik antara pekerjaan dan keluarga (X1)  lebih dominan berpengaruh terhadap kinerja (X2)

E.     Metodelogi Penelitian
1.      Subyek dan Obyek Penelitian
2.      Definisi Konseptual Dan Definisi Operasional
3.      Defenisi Operasional
4.      Indikator pengukuran
Konflik pekerjaan-keluarga: Time-based conflict, Strain-based conflict, Behavior-based conflict
Stress : Faktor Lingkungan, Kondisi Organisasi, Faktor Individu, Kelompok Kerja.
Kinerja karyawan : Tingkat absensi, Terlambat masuk kerja, Prestasi dan produktivitas menurun, Kualitas kerja, Kuantitas kerja, Ketepatan waktu, Sikap, Efektifitas (Barling (1990) dan Aziza (2009).
5.      Populasi,  Sampel Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
1.      Populasi: 642 orang
2.      Sampel: Untuk keperluan analisis data dengan menggunakan alat    analisis SEM (Structural Equation Modeling), Ferdinand (2002) menyarankan pedoman ukuran sampel sebesar 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. Dalam penelitian ini terdapat 30 parameter yang diestimasi, sehingga diperlukan sample sebesar 100-200 orang. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebasar 150 orang perawat wanita .Dimana berdasarkan usia yaitu 27-50 tahun, kemudian pendidikan terakhir D3-S1, dan terakir lama masa kerja 5-20 tahun, dikarenakan peneliti mendapatkan masukan dari pihak Rumah Sakit untuk meneliti perawat yang masa kerjanya sudah 5-20 tahun untuk mendukung penelitian ini.
3.      Metode Pengumpulan Data:
a.      Jenis data : Kuantitatif
b.      Sumber Data : data primer (quisionare).
c.       skala pengukuran data: Likert
d.      Pengujian Instrumen Penelitian :  Uji validitas dan Uji Realibilitas
4.      Alat analisis
Stuctur Equetion   Modeling (SEM) (Ferdinand 2002)
F.      ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
a.      ANALISIS SEM



 














GAMBAR 1.2
Hasil Uji Structural Equation Model
Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar pada grafik analisis full model dapat ditunjukkan bahwa model memenuhi kriteria fit, hal ini ditandai dengan nilai dari hasil perhitungan memenuhi kriteria layak full model. Hasil perhitungan uji chi – square pada full model memperoleh nilai chi square sebesar 437.677.
Nilai probabilitas sebesar 0,078 yang mana nilai tersebut di atas 0,05. Nilai CMIN/DF sebesar 1,102  sehingga masih dibawah 2,00. Nilai GFI sebesar 0,828  yaitu lebih kecil dari 0,90, nilai AGFI sebesar 0,798 yaitu lebih kecil dari 0,90 (marjinal). Nilai TLI sebesar 0,99.9 yang mana masih di atas 0,95. Nilai CFI sebesar 0,972 yang mana nilainya masih di atas 0,95 dan nilai RMSEA sebesar 0,028 yang mana nilai tersebut masih di bawah 0,08. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model keseluruhan memenuhi kriteria model fit. Disamping kriteria diatas observed (indikator) dari konstruk adalah valid karena mempunyai nilai di atas 0,5 sehingga tidak satupun observed (indikator) yang didrop (dibuang).


Tabel 1.6
Hasil Regression Weights Analisis Struktural Equation Modeling
Variable
Estimate
S.E
C.R
Probability
Ket
Konflik peran         kinerja
Stress              kinerja

0.886
0.709

0.106
0.118


4.141
3.824


0.000
0.001


Berpengaruh
Berpengaruh









   Sumber data diolah 2012       
Berdasarkan pada Gambar 1.2  dan Tabel 1.6  bahwa setiap indikator pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang memenuhi kriteria yaitu nilai CR diatas 1,96 dengan P lebih kecil dari pada 0,05 sehingga dapat disimpulkan konflik antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kinerja, stress berpengaruh terhadap kinerja perawat.  nilai lambda atau loading faktor yang lebih besar dari 0,4. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa indikator indikator pembentuk variabel laten tersebut secara signifikan merupakan indikator dari faktor-faktor laten yang dibentuk. Dengan demikian, model yang dipakai dalam penelitian ini dapat diterima.
EVALUASI GOODNESS OF FIT
Yaitu untuk menentukan apakah sebuah model diterima atau ditolak secara statistik. Pada analisis SEM, tidak terdapat alat uji statistik tunggal untuk menguji mengenai model. Pengujian terhadap model yang dikembangkan dilakukan dengan kriteria goodness of fit yang terdiri dari Chi Square, probability, RMSEA, CMIN/DF, AGFI, GFI, PGFI. Adapun hasil dari goodness of fit model berdasarkan output model fit. Hasil Model Fit ditunjukkan dalam tabel 1.5  dan Hasil goodness of fit di atas menunjukkan bahwa sebagian besar fit measure menunjukkan hasil yang baik sehingga dapat disimpulkan bahwa model baik.
NORMALITAS DATA
Berdasarkan data yang ada, dapat di lihat bahwa data tersebut tidak ada nilai CR yang berada diluar ≤+ 2,58. jadi dapat disimpulkan secara univariate sudah baik, dengan demikian data tersebut terbukti terdistribusi secara normal. Studi Hair, et.al., (1995) menyatakan bahwa data yang normal secara multivariate pasti normal pula secara univariate. Namun sebaliknya, jika secara keseluruhan data normal secara univariate, tidak menjamin akan normal pula secara multivariate. Untuk itu dilakukan Evaluasi atas Multikolinearitas dan Singularitas dimana: Determinant of sample covariance matrix = 3.5038e + 0.01, Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai determinan matriks kovarians sampel adalah jauh dari nol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data penelitian yang digunakan tidak terdapat multikolineritas dan singularitas, sehingga data layak untuk digunakan.
G.    KESIMPULAN DAN SARAN
1.      KESIMPULAN
a.       Konflik antara pekerjaan dan keluarga memiliki pengaruh negatif  terhadap kinerja kerja perawat perempuan di Rumah Sakit X  Yogyakarta. Hal ini mengingat nilai probability yang menunjukkan nilai 0.000 (atau lebih kecil dari 0.05) dan C.R = 4.149 (lebih besar dari 1.96).  
b.      Stress kerja memiliki pengaruh negatif  terhadap kinerja kerja perawat perempuan di Rumah Sakit X  Yogyakarta. Hal ini mengingat nilai probability yang menunjukkan nilai 0.001 (atau lebih kecil dari 0.05) dan C.R = 3.824 (lebih besar dari 1.96).
c.       Konflik antara pekerjaan dan keluarga, Stres berpengaruh negatif  terhadap kinerja kerja perawat. Hal ini mengingat nilai probability yang menunjukkan nilai ≤0.05 C.R = ≥  1.96.  
d.      Konflik antara pekerjaan dan keluarga lebih berpengaruh terhadap kinerja kerja perawat perempuan di Rumah Sakit X  Yogyakarta, Hal ini ditunjukan dengan nilai probability yang menunjukkan nilai 0.000 atau  ≤0.05 dan  C.R = 4.149 atau  ≥  1.96.
2.      IMPLIKASI MANAJERIAL
 Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui konflik antara pekerjaan dan keluarga mempunyai pengaruh negatif   terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X  Yogyakarta, karena konflik antara pekerjaan dan keluarga mempunyai pengaruh sebesar  4.149 terhadap  kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X Yogyakarta. Pada dasarnya konflik antara pekerjaan dan keluarga dibagi menjadi tiga yaitu, konflik pasangan pekerjaan, konflik pekerjaan orang tua, konflik pekerjaan ibu rumah tangga. Semakin tinggi konflk antara pekerjaan dan keluarga maka akan mengurangi kinerja perawat perempuan di Rumah Sakit X  Yogyakarta.
Dengan adanya konflik antara pekerjaan dan keluarga tidak menutup kemungkinan akan terjadinya stress kerja terhadap perawat tersebut. stress memiliki pengaruh negatif terhadap  kinerja perawat perempuan di Rumah sakit X Yogyakarta hal ini bisa dilihat  besarnya nilai  yaitu sebesar 3.824. penyebab dari stress kerja biasanya juga berasal dari konflik antara pekerjaan dan keluarga, perawat yang tidak dapat menyeimbangkan waktunya antara pekerjaan dan keluarga dapat mengakibatkan konflik yaitu konflik  antara pekerjaan dan keluarga sehingga menyebabkan perawat tersebut mengalami kelelahan atau overload sehingga memicu terjadi  stress  kerja..


3.      














PENULIS
Dr, Dra Endang Ruswanti,  MM
 Pembimbing

Ostevi Adolfin Jacobus, SE, MM
Alumni Magister Manajemen
Universitas Teknologi Yogyakarta
2012


3 komentar: